SEJARAH DESA

Masa Pemerintahan Ki Lurah Katijan
Sebelum menjadi Desa Gunungbatu, daerah ini masih merupakan perdikan atau pedukuhan yang bernama Dukuh Keramat dan dihuni oleh sekitar 40 KK, dan daerah ini masih bergabung menjadi wilayah Desa Kwasen yang pada saat itu di bawah pemerintahan Ki Lurah Katijan. Dalam perkembangannya seiring perjalanan waktu, daerah ini berkembang pesat dengan bukti dalam 3 tahun saja di bawah kendali pemerintahan Ki Lurah Katijan, daerah ini telah berpenghuni sekitar 120 KK. Atas kesepakatan bersama antara tokoh masyarakat setempat yang diprakarsai oleh Ki Rantiban dengan persetujuan Ki Lurah Katijan, maka daerah ini dipisah dari induk semangnya atau diberikan otonomi untuk berdiri sendiri menjadi satu desa yang kala itu diberi nama Desa Keramat dan terpilihlah Ki Rantiban menjadi Kepala Desa Keramat ( Gunungbatu ).
Setelah pemerintahan Ki Lurah Rantiban berjalan 10 tahun, masyarakat mulai tidak puas atas sikap pemerintahannya karena perangainya yang kasar dan sering menaikkan pajak ( upeti ) yang dirasakan masyarakat sangat memberatkan, sehingga timbullah kemauan masyarakat untuk mengadakan pergantian kepemimpinan di Desa Keramat kala itu. Maka diadakan pemilihan Kepala Desa dan dari hasil pemilihan itu terpilihlah tokoh masyarakat yang paling berpengaruh di masyarakat, yaitu Ki Sutojiwo yang masih merupakan eyang buyut dari Kepala Desa sekarang ( Bpk Tasrip ).

Masa Pemerintahan Ki Sutojiwo
Masa pemerintahannya tergolong lama karena mencapai 35 tahun memimpin desa. Selama berada di bawah kepemimpinannya, masyarakat merasa senang karena beliau memimpin desa dan masyarakat dengan demokratis dan penuh kesabaran. Dalam memutuskan persoalan yang dihadapi desa kala itu, tidak jarang masyarakat diajak berembug untuk bertukar pikir sehingga hasil yang dicapai selalu merupakan hasil keputusan bersama.

Asal Usul Nama Desa Gunungbatu
Desa Keramat merupakan desa yang terbelah menjadi dua bagian yaitu Keramat utara dan selatan, karena ada aliran sungai Kapolaga yang mengalir di tengah-tengah desa tersebut. Sungai itu dimanfaatkan untuk mengairi sawah-sawah yang ada di Desa Keramat dengan cara bergotong royong membuat bendungan secara alami, sehingga desa ini merupakan desa yang makmur kala itu. Pada masa pemerintahan Ki Lurah Sutojiwo, musibah datang menghampiri Desa Keramat. Aliran Sungai Kapolaga beralih mendekati pemukiman penduduk Desa Keramat. Dalam mengatasi persoalan ini, Ki Lurah Sutojiwo mengumpulkan masyarakat untuk mencari solusi dan pemecahan atas musibah yang terjadi. Sesuai dengan kesepakatan bersama, akhirnya posisi desa beralih tempat atau membuat pemukiman baru bergeser ke timur mendekati hutan. Karena pemukiman baru untuk pindah warga tanahnya berbukit-bukit dan banyak bebatuan, maka setelah pembangunan tempat tinggal di kawasan itu selesai, warga mengadakan musyawarah kembali. Atas prakarsa Ki Lurah Sutojiwo, nama Desa Keramat diganti menjadi Desa Gunungbatu yang diambil atas dasar tanah yang berbukit-bukit dan banyak dijumpai bebatuan, sedangkan bekas desa yang bernama Keramat dijadikan persawahan bagi masyarakat sampai sekarang.

Adapun dalam segi pembangunan baik secara fisik maupun pemberdayaan masyarakat, sebenarnya Desa Gunungbatu punya sumber daya alam yang dapat dimanfaatkan untuk kesejahteraan masyarakat, khususnya dalam bidang pertanian yang didukung adanya aliran sungai yang dapat dimanfaatkan untuk irigasi persawahan. Seiring berjalannya waktu, kondisi sungai Kapolaga mengalami pendalaman, sehingga bendungan tradisional hasil gotong royong warga rusak dan saat ini sawah yang ada di wilayah Gunungbatu tidak dapat menikmati irigasi lagi atau menjadi sawah tadah hujan.

Demikian sekilas sejarah asal-usul nama Desa Gunungbatu agar sekiranya dapat menjadi pengetahuan kita bersama, khususnya generasi muda yang kelak mau tidak mau siap atau tidak siap akan mewarisi dan akan melanjutkan ekstafet kepemimpinan untuk membangun Desa Gunungbatu yang lebih baik dan mampu menyejahterakan masyarakatnya. Kita hanya berharap dan berdoa semoga hal tersebut dapat terwujud, aamiiin.